Fri. May 3rd, 2024

    Perubahan sains dan tehnologi pada zaman kekinian sekarang ini kerap disebutkan sudah capai tingkat lumayan tinggi dibanding pada periode lalu. Meskipun begitu, tidak berarti leluhur kita di masa silam tidak sanggup hasilkan perkakas hebat. Bahkan juga, lumayan banyak warisan masa silam yang susah untuk diikuti angkatan periset atau insinyur saat ini, seperti sejumlah bangunan fenomena dunia yang masih tetap sisa sampai sekarang ini.

    Slot terpercaya di indonesia Bukan hanya dalam konstruksi bangunan, dalam pengetahuan dasar seperti fisika dan kimia, ada banyak warisan pengetahuan dari nenek moyang kita yang rupanya memiliki kandungan konsep-konsep kekinian yang baru dimengerti terakhir. Satu contoh yang berkaitan ialah bagaimanakah cara atur formasi beberapa bahan alam untuk hasilkan material yang kuat sama sesuai kepentingan peradaban manusia saat tersebut. Dalam artikel berikut, kita akan mengulas sekitar baja Damaskus (dari Suriah) yang populer akan kemampuan, elastisitas, dan kekuatannya untuk menjaga ketajaman saat dipakai sebagai bahan pedang.

    Di periode lalu, baja Damaskus kerap ditempa menjadi bermacam-macam senjata dan alat pertahanan (tameng). Pengetahuan dan tehnologi penempaan baja Damaskus ini terkenal di Timur tengah sekitaran tahun 300 SM sampai 1700 M. Beberapa legenda menjelaskan, tidak ada senjata apapun itu waktu itu yang sanggup memutus pedang dengan bahan baja Damaskus. Di periode kemasyhurannya, pedang ini dipakai dengan masif oleh Sultan Salahuddin (Saladin) dan pasukannya dalam jaga tempat kerajaan di Timur tengah dari serangan beberapa kerajaan Eropa.

    Agen slot terpercaya Tehnik yang akurat berkenaan langkah penempaan baja Damaskus ini sudah lenyap ditelan jaman, tapi senjata-senjata yang dibikin dari baja Damaskus masih tetap sisa lumayan banyak di sejumlah tempat di Timur tengah dan Eropa. Lenyapnya tehnologi baja Damaskus ini selanjutnya membuat beberapa periset terobsesi agar bisa membuat material yang sama kwalitasnya.

    Di tahun 1805, ada sebuah riset dari James Stodart yang diedarkan dalam Journal of Alami Phylosophy, Chemistry, and the Arts, yang berusaha hasilkan pedang dengan kualitas seperti baja Damaskus. Triknya dengan memanasi baja dengan temperatur tinggi sekali dan mendinginkannya selekasnya di air dengan arah agar semakin memperkeras baja itu. Tetapi, dia malah mendapat retakan yang lumayan banyak di beberapa titik pada permukaan baja yang ditempanya.

    Usaha yang lain untuk mengikuti kualitas baja Damaskus dilaksanakan oleh Stuart Carnes di tahun 1939 dalam uji coba yang diedarkan oleh majalah Terkenal Science. Study yang sudah dilakukan Carnes memercayakan gabungan bahan karbon dan besi. Dengan perbedaan formasi karbon dan besi tertentu, dia bisa hasilkan pedang yang fleksibel atau pedang yang tajam. Namun, untuk memperoleh pedang yang fleksibel sekalian tajam seperti legenda baja Damaskus, itu ialah hal yang susah didapat.

    Di tahun 1985, Sherby dan Wadsworth mengeluarkan tulisan riset di majalah Scientific American dan memberikan laporan jika formasi karbon yang lebih tinggi hasilkan titik leleh yang semakin lebih rendah dalam kombinasi baja. Menurut hasil riset ini, penempaan pada temperatur rendah penting untuk hasilkan skema unik sebagai keunikan baja Damaskus.

    Hasil riset Sherby dan Wadsworth cukup berkaitan dengan realita jika beberapa pembikin pedang di Eropa pada Era Tengah tidak berhasil membuat produk seperti baja Damaskus karena mereka malah menimpa baja bersatu karbon pada temperatur tinggi. Penempaan pada temperatur tinggi kemungkinan akan hilangkan formasi karbon yang berperanan penting pada berikan kemampuan teknisi pada baja.

    Tetapi, di tahun 2006, beberapa periset dari TU Dresden, Jerman, lakukan analitis bahan yang terdapat di dalam contoh baja Damaskus yang dari sebilah pedang kuno. Beberapa periset ini benar-benar kaget merasakan kemungkinan jika semua “fenomena” yang ada pada baja Damaskus dapat menjadi hanya berasal bermaterial “kekinian” yang terdapat didalamnya. Dengan memakai mikroskop elektron, mereka temukan kehadiran material namanya carbon nanotube dengan jumlah berlimpah pada contoh baja Damaskus.

     

    error: Content is protected !!